Sonya On Vacation Kalimantan Selatan Edisi 1 Maret 2015
Kalimantan Selatan (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/ce/Locator_kalsel_final.png) |
1. Waduk Riam Kanan
Waduk Riam Kanan (http://nusapedia.com/) |
Waduk Riam Kanan yang berada di Aranio, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Waduk ini sebenarnya berfungsi sebagai sumber air yang menggerakan turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalsel. Namun Karena keindahannya waduk ini juga dijadikan tempat alternatif wisata. So, how to get there?
Jadi, perjalanan yang panjang dari kota Medan menuju Kalimantan Selatan, Bandar Udara Syamsudin Noor. Lokasi untuk menuju Bukit Batas ini dapat ditempuh dengan menaiki perahu mesin (klotok) +- 30 menit dari Pelabuhan Aranio sampai Kaki Bukit Batas, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki dari Kaki Bukit Batas sampai ke Puncak Bukit Batas +- 60 menit. Dipuncak gunung kita dapat melihat pulau-pulau kecil yang ada dalam Waduk Riam Kanan. Waduk ini masih masuk dalam kawasan Hutan Lindung Sultan Adam, airnya berwarna hijau kebiruan, dan pada beberapa bagian pantainya terdapat perbukitan yang ditumbuhi oleh padang rumput serta berbagai macam pohon.
Ceritanya dulu ini Waduk buatan yang dalam pembangunannya memakan waktu selama 10 tahun tersebut dibangun dengan membendung 8 sungai yang bersumber dari Pegunungan Meratus, serta ada 9 desa yang kemudian ditenggelamkan di area seluas 9.730 hektar tersebut.
Tujuan utama dibangunnya Bendungan Riam Kanan yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1973 ini adalah untuk membangun Pembangkit listrik Tenaga Air yang akan digunakan untuk menerangi wilayah Banjarmasin dan sekitarnya. Di permukaan air yang memantulkan birunya langit tampak berjejer keramba yang digunakan oleh penduduk yang memelihara ikan. Di sepanjang perjalanan kita beberapa kali melewati perkampungan penduduk yang sebelumnya telah direlokasi. Dan hanya ada 10 kampung yang bisa dijangkau dengan menggunakan kelotok dari total 13 desa yang ada.
Di kejauhan tampak membentang gagah Pegunungan Meratus yang membelah wilayah Kalimantan Selatan menjadi dua bagian. Puncak Gunung Kahung yang menghijau tampak mengerucut dihiasi mega-mega yang berwarna putih, sungguh kontras. Untuk mengelilingi bendungan Riam Kanan selama seharian bagi para pemancing biaya sewa kelotok biasanya berkisar hingga Rp. 400.000, sedangkan bagi yang cuma mau piknik ke Pulau Pinus kelotok disewakan dengan harga Rp. 200.000 hingga Rp. 300.000. Pintar-pintarlah untuk menawar.
2. Danau Biru
Danau Biru (deeanpersonalblog.wordpress.com() |
Danau ini merupakan lahan bekas tambang yang tidak digunakan, lalu ditinggalkan dan tidak direklamasi. Sehingga tertampung air hujan di lubang besar bekas tambang ini akibatnya terbentuklah danau secara tak disengaja..hahahaha
Air biru yang mirip danau ini terletak di Kampung Baru, Cempaka, Banjar Baru. Ga gampang sampai menuju air biru ini, jalan sekitar Gunung Kupang menuju danau ini sangat berliku alias rusak luar biasa. Banyak jalan menanjak dan berlubang, maklum jalan ini merupakan jalan umum truk-truk pengangkut batu baru jadi banyak yang rusak. Danau biru yang tenang ini jangan dikira dangkal, danau ini dalamnya sekitar 10 meter, uiiihhhh.. klo masuk danau ini langsung ga muncul-muncul lagi saking dalamnya. Menurut penjelasan dari informen, danau ini mengandung banyak fitoplanton di air ini yang berfungsi untuk menetralisir logam berat yang terkandung di danau ini. Tapi warna yang menyebabkan air ini biru belum diketahui dengan pasti. Banyak yang menduga warna biru tersebut karena fitoplanton, pantulan dari langit atau pengaruh logam berat.
TIPS
a. Pakailah ransel/ carrier
Backpacking identik dengan 'backpack' atau ransel.
Alasan digunakannya tas jenis ini sederhana: praktis dan efisien.
Anda tak perlu menggeret koper atau menjinjing tas-tas kecil.
Kalau waktu liburan cenderung pendek, coba gunakan daypack (ransel ukuran 20-30 liter).
Selebihnya, pakailah semi-carrier (ukuran 35-40 liter) atau carrier (45-80 liter) kalau traveling dalam jangka waktu lama.
b. Bawalah barang seperlunya
Siapa yang tahan tak bergaya selama traveling?
Tapi saat backpacking, justru soal 'gaya' inilah yang patut dikesampingkan.
Bawalah pakaian yang bisa digunakan pagi, siang, atau malam. Bagi wanita, tak perlu bawa banyak pernak-pernik seperti kalung dan gelang.
Cukup bawa kacamata hitam untuk melindungi mata, dan sunblock untuk pelindung kulit. Selebihnya, bawalah pakaian yang membuat Anda senyaman mungkin
c. Budget first
Inilah hal terpenting yang harus Anda ingat selama perjalanan. Backpacking identik dengan pengeluaran seminim mungkin. Akomodasi, transportasi, dan makan misalnya, harus dialokasikan dengan bujet sekecil mungkin. Tak heran banyak backpacker yang menginap di hostel, alih-alih hotel. Makan di pinggir jalan, alih-alih restoran mahal. Budget first!
d. Obat nyamuk, vitamin, dan obat-obatan pribadi
Anda tak akan tahu perjalanan seperti apa yang akan dilewati selama backpacking. Menggunakan bus ekonomi, menginap di hotel murah, makan di warung nasi. Oleh karena itu, obat-obatan adalah satu hal yang tak boleh ditinggal. Obat nyamuk oles penting saat Anda memasuki wilayah hutan atau pepohonan rimbun, juga saat menginap di hotel. Vitamin penting untuk menjaga daya tahan tubuh. Agar perjalanan lancar, bawa juga obat-obatan pribadi.
e. Menyingkirlah dari 'comfort zone'
'Comfort zone' atau zona nyaman adalah tempat yang sulit untuk kita tinggalkan, termasuk dalam sebuah perjalanan. Siapa pula yang tak mau makan enak, tidur nyaman, belanja sepuasnya saat jalan-jalan? Tapi, justru zona nyaman seperti inilah yang harus dijauhi saat backpacking. Anda harus berani terjun ke 'alam liar', berani melakukan hal baru yang jauh dari kata nyaman. Banyak backpacker bilang, hasilnya memuaskan!
f. Pelajari lingkungan sekitar
Kali pertama backpacking menjadi ajang pembelajaran bagi para pejalan. Destinasi wisata sampai perjalanan itu sendiri, merupakan sebuah hal baru. Penting untuk backpacker mempelajari lingkungan sekitar. Memerhatikan tiap tempat, tiap jalan, tiap arah agar tidak tersasar saat pulang. Penting juga untuk memerhatikan atmosfer setempat mulai dari masyarakat, bahasa, etiket, dan kebiasaan. Hormatilah penduduk setempat dan belajarlah dari sekitar. Hal-hal seperti inilah yang bisa jadi 'oleh-oleh' saat pulang.